Bupati Jombang: “Kita harus mensikapi perubahan dan anomali iklim secara arif. Jangan jadikan iklim sebagai kambing hitam penurunan produksi pertanian. “
Setelah mendapatkan laporan dari daerah tentang gejala serangan wereng dinas segera mengambil beberapa langkah antsisipasi. Langkah pengendalian hama wereng diawali dengan kegiatan survey pendahuluan (Selasa, 18/1/2011) yang dikomando langsung oleh Kepala Dinas Pertanian, Drs. Suhardi, MSi. Didampingi Kabid Produksi, Ir. Muh Ronny, MMA, Kasi Perlindungan Kusno, SP, Koordinator POPT Gatus Sutanto, tim meluncur ke Poktan Pagerwojo Kecamatan Perak. Dalam survey awal itu ditemukan adanya populasi 7ekor wereng / rumpun pada lahan terancam seluas 40 Ha. Dalam kesempatan itu Kepala Dinas mengingatkan kepada petugas supaya terus memantau perkembangan hama wereng lapangan. “Jangan sampai ada data yang dimanipulasi, laporkan sesuai keadaan” kata kepala Dinas.
Koordinator POPT Kabupaten Jombang, Gatut Sutanto, SP mengatakan populasi yang ada masih dibawah ambang ekonomi jadi peluang untuk diselamatkan masih sangat besar. Gatut mengatakan, pengendalian harus dilakukan secara bertahap dan selektif agar tidak mengganggu keseimbangan ekosistem yang ada. “Dalam mengendalikan OPT kita tidak boleh panik, kalau panik justru akan membuat kita bertindak salah. Baru kelihatan populasi langsung di semprot pakai pestisida kimia. Ini akan meningkatkan resiko resisteni.”ujarnya. Gatut menambahkan untuk menjaga cendawan endovit yang merupakan penjaga alami ekosistem sawah pestisida nabati dan agen hayati metarizium atau beauveria bassiana bisa digunakan sebagai langkah awal pengendalian.
Survei juga dilakukan di Poktan Nglongko (Rabu, 19/1/2011), Desa Kebon Temu, Peterongan. Di hamparan seluas 30 Ha dijumpai populasi 3 ekor / rumpun. Disamping pengamatan yang dilakukan secara berkala. Petugas Kecamatan Peterongan juga membuat papan peringatan untuk meningkatkan kewaspadaan kepada para petani terhadap serangan hama wereng. Dari Nglongko pemantauan dilanjutkan ke Poktan Pule. Di lahan binaan Bindari Insiyah kelihatan dampak dari budidaya organik. Hamparan padi yang sudah tiga musim diterapkan pertanian organik dengan metode SRI ternyata hanya dijumpai wereng dengan populasi rata-rata 0,5/ rumpun. Ketika rumpun padi digerak-gerakkan beberapa ekor laba-laba sebagai predator wereng nampak mengambang di permukaan air. Ini menunjukkan bahwa agroekosistem yang masih terjaga. Bukti gerakan organik yang sudah menunjukkan hasil.
Untuk semakin memantapkan langkah pengendalian OPT, (Jumat, 21/1/2011) Kepala Dinas merumuskan serangkaian tindakan yang perlu dilakukan sampai akhir musim panen. Beberapa langkah yang diserukan kepala dinas diantaranya : Menyusun tim dan jadwal pemantau perkembangan OPT, menetapkan posko laporan dan informasi, mengirim surat kepada Camat untuk ikut menggalang kewaspadaan terhadap OPT.
Akhirnya, dalam kesempatan apel pagi (Senin, 24-1-2011) Kepala Dinas menyerukan lagi kewaspadaan terhadap iklim ekstrim dan jangan sampai terjadi kelengahan, segala situasi di lapangan harus dilaporkan sesuai dengan kondisi di lapangan “ Kita harus selalu waspada menghadapi situasi iklim yang seperti ini. Jawa Timur khususnya Kabupaten Jombang sebagai lumbung padi Nasional harus diperhatikan. Pemantauan supaya terus dilakukan sesuai jadwal, agen hayati dan pestisida nabati harus tersedia termasuk stok pestisida di kios harus dijamin ada.”
Kronologis siaga wereng:
Laporan awal/ peringatan dini hama wereng, Kecamatan Ngusikan (13/1/2011), Kecamatan Peterongan (14/1/2011)
Survei pendahuluan, Kecamatan Peterongan(Selasa, 18/1/2011)
Menyatukan langkah dan strategi pengendalian (Jumat, 21/1/2011)
Gerakan pengendalian di seluruh wilayah secara terkoordinir, mulai (Senin, 24/1/2011)