Untuk mewujudkan Gapoktan Percontohan Bidang Penyuluhan Dinas Pertanian melakukan kegiatan pendampingan ke lima Gapoktan yang diharapkan bisa menjadi model gapoktan Percontohan. Gapoktan Pojokkulon, gapoktan Kayen, gapoktan Sumbergondang, Gapoktan Balongsari dan Gapoktan Mentoro. Kegiatan pendampingan dilakukan oleh tim dinas pertanian bersama petugas pertanian di Kecamatan. Dari kegiatan pendampingan Gapoktan selanjutnya teridentifikasi beberapa hal yang terkait untuk mengembangkan kegiatan agribisnis di gapoktan.
Adapun beberapa permasalahan yang teridentifikasi adalah : masih perlunya pembenahan administrasi, perlunya upaya menyamakan persepsi antara petani anggota kelembagaan poktan gapoktan, kebutuhan sarana dan upaya meningkatkan kualitas dan produktifitas pertanian.
Sebagaimana di gapoktan Pojokkulon. Saat dilakukan pertemuan pengurus Poktan dan Gapoktan ternyata masih ada pengurus Poktan yang belum memiliki persepsi yang sama tentang kegiatan agribsinis yang dilakukan oleh Gapoktan. Hal ini salah satunya disebabkan karena Gapoktan belum mampu membuat mekanisme pelaporan kegiatan yang baik. “Terus terang kami sangat berharap adanya pembinaan lebih lanjut untuk memperbaiki administrasi Gapoktan. Bagaimana membuat rencana kerja yang baik termasuk membuat laporan kegiatan,” tutur Hudi Ketua Gapoktan Pojokkulon.
Hal serupa juga terlihat di gapoktan Mentoro Kecamatan Sumobito, Kegiatan penguatan lumbung dalam bentuk PLDPM yang sudah disuport ternyata belum berjalan secara maksimal. Dalam pertemuan dengan kelompok terjawab beberapa penyebabnya diantaranya, anggota masih belum sepenuhnya memahami apa dan bagaimana PLDPM termasuk belum adanya sarana utama yakni alat pengering (dryer).
Bukan hanya masalah administrasi, sarana dan permodalan. Upaya membangun agribisnis Gapoktan tetap tidak bisa dipisahkan dari peningkatan kualitas dan produktifitas pertanian. Hal ini terlihat nyata pada contoh kasus di dua Gapoktan yakni Gapoktan Pojokkulon dan gapoktan Balongsari. Ketika Gapoktan Balongsari berhasil mengakses program KUR untuk yang pertama kali ternyata agribinis Gapktan yang sudah direncanakan matang mengalami kegagalan karena padi di serang wereng.
Demikian juga di Gapoktan Balongsari, sarana dryer yang telah disiapkan dan mekanisme pembelian gabah di anggota sudah disiapkan ternyata mengalami kegagalan karena hasil panen yang jelek karena padi terendam banjir. “Yeknopo bade kulakan gabah, wong gabahe ireng-ireng mergo kelep banjir,”kata Suwito Ketua Gapoktan Balongsari.
Hal ini membuktikan bahwa kegiatan hulu dan hilir adalah merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Sukses kegiatan pemasaran tergantung kualitas budidaya. Demikian juga sukses budidaya tidak akan berarti kalau tidak sukses pemasaran. Akhirnya kegiatan agribisnis adalah satu kesatuan sukses budidaya dan sukses pemasaran.
(Sumber : Majalah Humus Dinas Pertanian Kabupaten Jombang Edisi 34 Tahun IV 2013)