Tahukah kamu sampah puntung rokok tercatat sebagai salah satu sampah yang paling mengotori pantai dan saluran air (The Ocean Conservancy, 2018)? Lembaga Demografi UI (2014) menyebutkan konsumsi rokok Indonesia mencapai 302 miliar batang per tahun. Anggap 80% puntung dibuang sembarang, minimal 660 juta puntung rokok terdampar di lingkungan kita. Bayangkan luas lapangan bola standar internasional dengan tinggi 50 cm. Sebanyak itulah sampah puntung rokok kita setiap harinya! (www.golimbah.com)

Pun di Desa Turipinggir, banyak sekali dijumpai sampah puntung rokok yang seringkali terdapat di beberapa warung makan, warung kopi dan tempat nongkrong lainnya.Akumulasi sampah puntung rokok dalam jumlah besar akan berdampak buruk pada keberlangsungan ekosistem lingkungan sekitar. Adanya fenomena ini, memantik rasa penasaran seorang pemuda warga asli Desa Turipinggir, Dedy Yunus untuk mencari cara mengatasi masalah ini. Berkaca dari keadaan sekitar yaitu mayoritas masyarakat di Desa Turipinggir mempunyai mata pencaharian di sektor pertanian, maka tercetus ide untuk membuat pestisida nabati dari sampah puntung rokok. Bagai peribahasa pucuk dicinta ulam pun tiba, Dedi Yunus beserta kedua temannya Sekar Adelia Nuriawati dan Tri Afani Nur Hidayah mendapat bantuan program dari kampus tempatnya belajar (Universitas Diponegoro). Program Kemitraan Kewirausahaan Sosial, “Pemberdayaan Masyarakat melalui Sosialisasi dan Pelatihan Pengolahan Sampah Puntung Rokok sebagai Alternatif Bio-Pestisida.

Hari Minggu, 12 September 2021 bertempat di Balai Desa Turipinggir, Kegiatan Sosialisasi dan Pelatihan Pengolahan Sampah Puntung Rokok sebagai Alternatif Bio-Pestisida dilaksanakan dengan diikuti beberapa perwakilan Petani karena masih dalam masa PPKM Pandemi Covid 19.

Adapun tujuan dari Kegiatan ini adalah :

• Memanfaatkan sampah puntung rokok di Desa Turipinggir dengan inovasi sari mengkudu yang diolah menjadi alternatif bahan biopestisida ramah lingkungan.

• Menggunakan bio-pestisida ramah lingkungan untuk membasmi hama dengan cara penyemprotan.

• Memberdayakan masyarakat melalui kegiatan sosialisasi dan pelatihan pengolahan dan pembuatan bio-pestisida. Sedangkan manfaat dari kegiatan ini selain memperkenalkan inovasi dan pengetahuan baru kepada masyarakat di Desa Turipinggir tentang pemanfaatan sampah puntung rokok dan sari mengkudu menjadi biopestisida. Juga sebagai alternative Pestisida Nabati bagi petani di Desa Turipinggir.  

Mengkudu atau Morinda citrifolia mengandung asam kaproat dan asam kaprik yang menghasilkan aroma yang sangat tajam, sehingga sangat efektif dijadikan sebagai pestisida alami karena merupakan bahan yang tidak disukai oleh tikus. Semakin tua buah mengkudu maka semakin bagus digunakan sebagai pestisida alami. Selain itu buah mengkudu dapat menekan pertumbuhan bakteri serta dapat berfungsi sebagai antibakteri. Buah mengkudu juga dapat menekan pertumbuhan hama lain seperti ulat. Senyawa dalam mengkudu dapat mengurangi nafsu makan dari ulat tersebut yang memakan daun yang telah disemprot insektisida mengkudu. Perilaku larva setelah memakan daun yang telah diaplikasikan dengan insektisida mengkudu mengalami penurunan nafsu makan (anti feedant) sehingga larva menjadi lemas dan pasif bergerak serta lebih pucat dari warna asalnya. Mengkudu mengandung antraquinon, asam amino, glikosida, senyawa fenolik, dan asam ursulat. Kandungan alkaloid, akcubin, alizarin, fenol, glikosida dan antraquinon ini merupakan suatu zat aktif yang bersifat antimikrobia, antibakteri dan anti inflamasi.

Kandungan yang terdapat dalam puntung rokok antara lain : Nikotin, fenol, dan eugenol yang masing-masing memiliki peran dalam mengendalikan hama pada tanaman. Nikotin bersifat racun bagi Organisme, sedangkam berdasarkan penelitian eugenol dan fenol berperan efektif dalam mengendalikan pathogen tanaman.

Bahan dan proses pembuatan Bio-Pestisida Puntung Rokok sebagai berikut :

• Bahan- bahan :

1. Puntung Rokok

2. Buah mengkudu yang sudah masak

3. Air secukupnya.

• Proses Pembuatan :

1. Memasak air sampai mendidih.  

2. Masukkan puntung rokok ke dalam wadah kosong.

3. Campurkan rebusan air mendidih ke dalam wadah yang berisi puntung rokok aduk sampai tercampur rata. Terlihat warna air yang semula bening berubah menjadi keruh kecoklatan.Diamkan .

4. Haluskan buah mengkudu  

5. Masukkan buah mengkudu ke dalam wadah larutan puntung rokok tadi

6. Aduk hingga tercampur rata  

7. Masukkan ke dalam wadah tertutup (Botol), dan di fermentasikan selama 7 hari.

8. Setelah 1 minggu, saring dengan kain saring hingga didapat larutan yang terpisah dengan ampasnya.

9. Bio-Pestisida Puntung rokok dan Buah Mengkudu siap diaplikasikan.

Cara aplikasi yakni cairan puntung rokok dicampur dengan air biasa menggunakan perbandingan 1:2, kemudian pestisida limbah puntung rokok disemprotkan pada tanaman yang terserang, lakukan penyemprotan pada pagi hari. Penyemprotan bias di ulang sekitar 2-3 kali seminggu atau sesuai dengan kebutuhan. Kelebihan penggunaan pestisida alami dari sampah puntung rokok ini antara lain mencegah kehadiran hama karena baunya yang menyengat, merusak syaraf hama, mengacaukan sistem hormon hama, mengendalikan pertumbuhan jamur dan bakteri, serta dapat menyebabkan gangguan metamorfosa dan gangguan bagi serangga.

 

Ditulis oleh: Fitri Aini Azmi, S.TP

PPL Kecamatan Megaluh Kabupaten Jombang

 

Sumber :  

https://bogor.ayoindonesia.com/berita-bogor/pr-31870656/Puntung-Rokok-Dimanfaatkan-Sebagai-Pestisida-Alami

https://kabartani.com/pemanfaatan-buah-mengkudu-sebagai-pestisida-alami-pengendali-hama-tikus.html

https://www.instagram.com/biopest.cea/