bpp-model

Melengkapai sarana penyuluhan di Kabupaten Jombang, Drs. H Suyanto, MMA meresmikan penggunaan BPP model Kecamatan Tembelang. Dalam sambutannya Bupati Suyanto mengulas kembali masih rendahnya nilai tukar petani. Berdasarkan data yang dikaluarkan oleh Bappeda, tahun 2010 NTP di Jombang 98,12 %, artinya nilai yang diterima oleh petani  masih lebih rendah dibandingkan dengan nilai yag dibayar oleh petani untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Suyanto juga mengingatkan, petani merupakan proporsi terbesar penduduk di Jombang, tapi sumbangan terhadap PAD ternyata paling rendah. Ini artinya,  sebagai kegiatan ekonomi, sektor pertanian belum mampu menciptakan “multiplier effect”, dampak pelipat untuk memberikan sumbangan yang signifikan bagi perekonomian daerah maupun kesejahteraan keluarga petani. Karenannya, Bupati menyerukan lagi pentingnya terobosan untuk mengangkat nilai tukar petani. Diantaranya melalui membangun sistem permodalan yang mudah sehingga petani tidak terjebak dalam ijon.

Dalam sambutannya, Bupati juga menyinggung tentang kinerja Penyuluh. Bupati berharap penyuluh tetap profesional dalam bekerja sesuai dengan kebijakan daerah. Pemerintah akan berusaha untuk memfasilitasi agar penyuluh di Jombang bisa segera mendapatkan sertifikasi sehingga kesejahteraan penyuluh akan meningkat. “ Karena itu saya berharap para penyuluh bisa meningkatkan pendidikannya, yang belum sarjana supaya segera mendapatkan gelar Sarjana,” tandas Suyanto.

Terkait BPP Model bupati berharap BPP bisa menjadi “jujugan” para petani. Ini untuk memperpendek layanan pertanian oleh pemerintah. Selain itu BPP juga harus bisa memiliki daya tarik sehingga petani berminat untuk datang. Bukan sekedar tempat administrasi saja tetapi juga sebagai tempat kajian, uji coba dan tempat pengembangan inovasi teknologi.

Peresmian Pos Agroklimat (6/1/2011)

Melalui fasilitasi Hj. Sadarestuwati  anggota DPR RI komisi V, Kabupaten Jombang mendapatkan sarana Pos Agroklimat yang ditempatkan di BPP Tembelang. Pos Agroklimat diresmikan penggunaannya oleh Bupati Jombang selang 8 hari setelah peresmian BPP Model. Dalam kata sambutannya, Bupati menyinggung kenaikan harga cabe yang melejit sampai Rp 85.000/ kg. Melonjaknya harga cabe dikarenakan oleh iklim yang tidak bersahabat telah menyebabkan turunnya produksi cabe, sementara konsumsi meningkat karena bersamaan dengan momentum natal dan tahun baru. Namun, bupati berharap, jangan selalu menjadikan iklim sebagai kambing hitam atas penurunan produksi pertanian. “Karenannya keberadaan Pos Agroklimat ini menjadi penting sehingga kita punya kewaspadaan terhadap situasi iklim yang semakin sulit diprediksi,” terang Bupati.

Terkait dengan Pos Agroklimat yang sudah dibangun Bupati berharap mekanisme kerjanya bisa diatur sedemikian rupa sehingga akan memberikan manfaat yang besar bagi petani di Jombang. “Jangan sampai alat yang sudah dipasang tidak bisa memberikan manfaat karena tidak ada mekanisme kerja yang jelas,” tambahnya.

Selain menekankan pentingya kewaspadaan menghadapi anomali iklim, dan tidak menyalahkannya sebagai biang penurunan produksi, Bupati juga mengingatkan tentang pentingnya kearifan lokal dalam membaca cuaca dan iklim terkait dengan kegiatan budidaya. “Meskipun kita sudah memiliki alat modern untuk membaca iklim, kearifan lokal dan budaya petani dalam menbaca gejala alam tetap perlu diperhatikan. Seperti pranoto mongso,” kata Suyanto.