
Ditengah badai covid 19 yang memukul semua sektor, sektor pertanian masih bisa bertahan meskipun para petani sebagai pelaku utama juga merasakan beban yang sangat berat. Produk pertanian khususnya sayuran/hortikultura merasakan dampak yang luar biasa. Biaya produksi dan gangguan OPT menuntut perhatian ekstra, ditambah dengan turunnya daya beli masyarakat semakin memukul petani. Namun demi bertahan hidup dan memastikan kebutuhan pangan masyarakat tercukupi para petani tetap semangat tanpa banyak berkeluh kesah. Salah satunya Salam, petani sayur asal Desa Banyuarang Kecamatan Ngoro. Ditemui pagi-padi di sawah miliknya, dia sedang memanen bawang sayur di lahannya yang tidak begitu luas. Bukan yang pertama Salam menanam bawang daun di sawahnya,sudah berkali-kali dia menanam dan alhamdulillah memberikan hasil yang memuaskan.
Berada didataran rendah tidak mensurutkan niat dan usahanya berbudidaya bawang daun yang selama ini identik dengan jenis tanaman sayur dataran tinggi. Dengan memilih varietas yang sesuai dengan dataran rendah dan ketelatenannya dalam mempersiapkan lahan dan merawat tanaman terbukti usahanya tidak sia-sia. Alasan menanam bawang daun atau bawang prei menurut Salam karena banyak dikonsumsi masyarakat dalam berbagai olahan kuliner. Antara lain yang dominan adalah kuliner martabak telur dan warung soto, demikian tandasnya. Selain mempercantik dan membuat makanan menjadi lezat dengan rasanya yang segar dan khas, bawang daun juga bermanfaat bagi kesehatan tubuh.
Dari keterangan yang diberikan Salam, panen yang didapatkan dari lahan kira-kira 20 Ru (280 m2) yang terbagi dalam 6 bedengan, dia memperoleh 75 kg/bedengnya atau kalau dijumlah setelah seluruhnya di panen adalah 450Kg. Hari ini (bulan Agustus 2020) harga bawang daun 7 ribu rupiah. Menurut pengalaman yang sudah-sudah, harga bawang prei bisa sampai 17 ribu per kilo, demikian ungkap Salam.
Bertanam bawang prei membutuhkan perhatian khusus pada awal tanam, khususnya pada saat persiapan bibit dan pindah tanam. Menurut Salam, dibutuhkan waktu sekitar 2 bulan sebelum tanaman dipindah ke lahan. 1 bulan proses penyemaian benih/biji, kemudian dilanjutkan 1 bulan adaptasi di lahan. Jika bibit terlalu muda tanpa dilakukan proses adaptasi, maka resiko kegagalannya cukup tinggi, demikian terangnya. Untuk perawatan selanjutnya seperti pada umumnya tanaman lain, misalnya penggemburan tanah (dangir), penyiangan rumput, pemupukan, pengamatan hama dan penyakit serta penanganan serangan OPT. Dia berharap, usahanya dalam berbudiaya bawang daun ini bisa diikuti oleh petani lainnya sebagai alternatif atau pilihan yang memberikan peluang pendapatan yang lebih baik dan stabil.
Ditulis oleh: Agus Rohmani Yahya
Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Kabupaten Jombang