Kopi fenomenal ini bahkan sempat menjadi topik hangat di Amerika, dan sempat masuk dalam Oprah Winfrey Show. Acara Realiti show Amerika yang dipandu Oprah ini ditonton tak kurang dari 4 juta orang setiap harinya. Kini, kopi luwak sudah kian memasyarakat, sebagian mungkin hanya mengetahuinya sebagai label kopi merk yang karap muncul dalam tayangan iklan TV. Sebenarnya, seperti apakah kopi ini ? Mungkin, Kopi Luwak merupakan jenis kopi paling aneh di Indonesia, atau bahkan di dunia. Karena proses pemetikan biji kopi Luwak sangat berbeda jauh dengan kopi – kopi lain.
Kopi pada umumnya dipanen terlebih kemudian bijinya dipetik bila sudah matang. Sedangkan, proses pemetikan kopi Luwak, boleh dibilang agak sedikit menjijikan. Dimana bila biji kopi telah matang, para petani melepas Luwak ( sejenis musang atau civet ) untuk memakan biji – biji yang berjatuhan. Setelah itu mereka menunggu para Luwang tersebut membuang kotoran.
Luwak akan memilih buah kopi yang betul-betul masak sebagai makanannya, dan setelahnya, biji kopi yang dilindungi kulit keras dan tidak tercerna akan keluar bersama kotoran luwak. Biji kopi seperti ini, pada masa lalu sering diburu para petani kopi, karena diyakini berasal dari biji kopi terbaik dan telah difermentasikan secara alami dalam perut luwak. Dan konon, rasa kopi luwak ini memang benar-benar berbeda dan spesial di kalangan para penggemar dan penikmat kopi.
Awalnya, banyak kalangan yang menyangsikan cara fermentasi sepeti ini. Namun, para peneliti riset di Kanada membuktikan, bahwa kandungan protein yang ada di perut Luwak, membuat biji kopi berfermentasi dan matang lebih sempurna. Sehingga, rasa yang dihasilkan jauh lebih enak dan padat dibandingkan kopi – kopi yang lain.
Kopi Luwak terlanjur masuk dalam daftar kopi paling dinikmati dan paling dicari. Harganya di pasaran dunia melambung tinggi. 635 U.S dollar harus dikeluarkan untuk mendapatkan 1 kg kopi Luwak.
Adalah Satiran (63 th) warga asli desa Sumberejo, Wonosalam sejak tahun 2012 lalu membuka kedai kopi khas kopi luwak. Idenya muncul ketika anaknya yang bekerja di sebuah percetakan di Jakarta untuk mencoba membuat sendiri kopi yang banyak di jual di cafe-cafe ibukota. Bahan bakunya melimpah, dari kebun sendiri seluas 0,5 Ha, dan hewan luwak liar yang juga andil kala musim panen kopi.
Awalnya, dua ekor ditangkap dan dipelihara serta diberi pakan biji kopi baik robusta maupun excelza, dalam sehari mampu menghabiskan 15 kg/hari. Setelah dipelajari, luwak ternyata lebih menyukai kopi excelza yang memiliki ukuran buah lebih besar dan kandungan lendir lebih banyak. Buah kopi glondongan segar yang masak merah menjadi hidangan luwak dikombinasikan dengan buah-buahan.
Setelah 4 tahun berjalan, kini dibelakang kedai kopi tepat dipinggir jalan itu dipelihara sebanyak 19 buah luwak dewasa. Pengunjung cafe selain dapat menikmati minuman kopi luwak, dapat melihat langsung bagaimana aktifitas produksi kopi luwaknya. Dijamin asli hasil fermentasi dari perut luwak tadi. Selain itu, untuk menghailkan produk secara kontinyu, pak Satiran juga membeli kopi excelza milik tetangga. Hal ini karena sifat tanaman kopi excelza tetap menghasilkan buah diluar musim, meskipun tak sebanyak hasilnya dibanding saat panen raya.
Khusus pemeliharaan kesehatan luwak terutama lambung, tetap mengatur pola makannya, tidak melulu dengan biji kopi saja. Efek sampingnya adalah dapat merusak pencernaannya ditandai luwak diare dan lebih fatal dapat menyebabkan kematian si luwak. Jika tidak sedang musim kopi, diberi makan buah-buahan seperti pisang, salak, rambutan dan buah pepaya.
Harga untuk satu gelas kopi hitam luwak siap seduh gelas ukuran 250 ml dibandrol Rp 10.000 saja, harga yang terbilang murah untuk sekedar icip-icip kopi istimewa. Jika ingin membeli dalam bentuk kemasaan bubuk dihargai Rp 100.000 dalam kemasan metalik sebagai buah tangan untuk diseduh dirumah. Pemasarannya sudah merambah kota Jakarta lewat anaknya yang kini memiliki pelanggan tetap cafe-cafe yang ada dibilangan kota Jakarta. Siapa sangka kopi luwak excelza Wonosalam produksi pak Satiran kini jadi destinasi pelengkap maraknya kuliner nusantara.
(Irianto Budi Santosa ,SP - PPL Wonosalam - Jombang)