
Senin pagi 18 Pebruari 2013, beberapa anggota kelompoktani Grudo desa Madiopuro berkumpul di perempatan dekat areal sawah garapannya. Pagi itu mereka sepakat untuk mengadakan gerakan pengendalian Xanthomonas oryzae.Penyebab penyakit ini adalah bakteri, Xanthomonas campestris pv oryzae (penyebab hawar daun bakteri/Bacterial Leaf Blight) dan Xanthomonas campestris pv oryzicola (penyebab penyakit bakteri daun bergaris/Bacterial Leaf Strike). Bakteri ini berbentuk batang (basil) dengan satu flagel sebagai alat geraknya (monotrik). Perkebangbiakannya secara vegetatif atau asexual dengan membelah diri (divisio).
Faktor lingkungan sangat mempengaruhi perkembangbiakannya, terutama suhu, kelembaban dan cahaya. Suhu optimum perkembangan bakteri ini adalah 30 derajat Celcius, sehingga banyak dijumpai di daerah beriklim sedang dan tropis. Patogen ini mempunyai virulensi yang bervariasi tergantung kemampuannya untuk menyerang varietas padi yang mempunyai gen resistensi berbeda.
Memang beberapa minggu terakhir ini cuaca di wilayah Jombang sering hujan, matahari sering tertutup mendung. Keadaan alam seperti ini yang memacu pertumbuhan bakteri Xanthomonas oryzae.Bakteri Xanthomonas oryzae termasuk dalam bakteri heterotrof, karena membutuhkan suatu zat organik untuk kehidupannya, ini menyebabkan bakteri Xanthomonas oryzae merupakan salah satu bakteri parasit. Perpindahan atau penyebaran dari sumber infeksinya (jerami yang terinfeksi, tunggul jerami, singgang dari tanaman yang terinfeksi, benih, dan gulma inang) melalui hujan, angin dan percikan air.
Tanaman padi di kelompoktani Grudo rata-rata sudah berumur lebih dari 50 HST. Beberapa petak sudah mulai muncul malai. Hal inilah yang menyebabkan kekhawatiran petani di kelompoktani Grudo. Dengan diprakarsai ketua kelompoktani Handik Kusnanto dan pengurus kelompoktani, akhirnya gerakan pengendalian ini terlaksana, dengan dipandu Petugas POPT Kecamatan Sumobito, Nurhajadi, SP dan PPL wilayah setempat. Masing-masing petani membawa alat semprot sendiri dan mereka bergerak serentak mulai pukul 06.30 WIB. Kegiatan serupa juga telah dilaksanakan tiga hari sebelumnya di kelompoktani Jeblok desa Brudu dan kelompoktani Losari desa Kedungpapar.
Secara umum bakteri ini menginfeksi melaluilukaatau hidatoda, luka yang disebabkan karena pergesekan daun (akibat terlalu rimbun) maupun luka pada saat bibit dicabut dari persemaian untuk dipindahtanamkan. Setelah masuk ke dalam jaringan tanaman, bakteri memperbanyak diri dalam ephitemi yang menghubungkan dengan sistem vaskular tanaman, kemudian menyebar ke seluruh jaringan tanaman. Pada saat tanaman tidak mampu memperbaiki kerusakan akibat infeksi bakteri ini maka muncul gejalanya (sympthom). Dalam keadaan lembab (pada pagi hari), koloni bakteri yang berbentuk butiran berwarna kuning keemasan mudah ditemukan pada daun-daun yang terserang. Massa bakteri inilah yang berfungsi sebagai alat penyebarannya.
Pada tanaman yang berumur kurang dari 30 hari (persemaian atau awal pindah tanam), gejalanya disebut kresek dengan dicirikan daun berwarna hijau kelabu, melipat dan menggulung. Kondisi parah mengakibatkan seluruh daunnya menggulung, layu kemudian mati, mirip tanaman terserang penggerek batang atau tersiram air panas (lodoh).Setelah fase pembentukan anakan maksimal hingga fase pemasakan, gejala serangannya disebut hawar dengan diawali adanya bercak kelabu (water soaked) pada tepi daun, bila gejalanya meluas maka seluruh helaian daun akan mengering (klaras).
Kerugian hasil yang disebabkan oleh penyakit hawar daun bakteri dapat mencapai 60%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tingkat keparahan 20% sebulan sebelum panen, penyakit sudah mulai menurunkan hasil. Di atas keparahan itu, hasil padi turun 4% tiap kali penyakit bertambah parah sebesar 10%. Kerusakan terberat terjadi apabila penyakit menyerang tanaman muda yang peka sehingga menimbulkan gejala kresek, dapat menyebabkan tanaman mati.
(Nizarul Fauzi,SP Unit TI Kec. Sumobito)