“Sudah berapa lama sawah bapak ibu digunakan untuk bercocok tanam?”
“Sudah berapa ton hasil panen yang dibawa pulang?”
“Sejak lahan ini digunakan untuk berusaha tani, sudah berapa ton hasil samping yang dimanfaatkan untuk dimakan hewan ternak?”
“Sudah berapa ton hasil samping yang dibakar atau terbuang sia-sia?”
Itulah pertanyaan-pertanyaan yang biasanya sering saya lontarkan ketika berada dalam kegiatan penyuluhan bersama para petani yang tergabung dalam Kelompok tani. Maksud dari pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah untuk meningkatkan pemahaman petani sudah berapa lama kita mengambil kandungan nutrisi hara dari dalam tanah dengan tanpa melakukan upaya pengembalian yang seimbang. Pengembalian yang dimaksud disini adalah usaha untuk mengembalikan semua jenis bahan organik ke dalam tanah. Baik dalam bentuk residu dan limbah pertanaman maupun ternak yang selanjutnya bertujuan memberi makanan pada tanaman. Artinya, sudah jelas bahwa semakin lama kesuburan tanah sawah akan semakin berkurang karena kandungan nutrisi hara yang terkandung nilainya semakin kecil atau berkurang. Maka dari itu, saat ini petani dalam berbudidaya lama kelamaan akan semakin sulit pula untuk mencapai produksi yang bagus, baik dari segi kualitas maupun kuantitas.
Tanah mempunyai peranan sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya akar tanaman, tempat persediaan udara bagi pernapasan akar, tempat persediaan unsur-unsur makanan bagi tumbuhan, tempat persediaan air bagi tumbuh-tumbuhan dan tempat berkembangnya mikro dan makroorganisme yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kesehatan tanaman. Tanah sehat adalah tanah dengan kondisi yang dinilai dari segi fisika, kimia dan biologi juga sehat. Agar mampu menjalankan peran-peran tersebut maka tanah harus memiliki kesuburan dan kesehatan yang baik. Kesuburan tanah adalah kemampuan tanah untuk mendukung pertumbuhan tanaman dengan sifat kimia, fisika dan biologi yang dimilikinya. Sedangkan kesehatan tanah adalah suatu keadaan tanah yang dapat mendukung pertumbuhan tanaman secara sehat tanpa adanya gangguan apapun.
Beberapa penyebab menurunnya kesuburan tanah diantaranya adalah : penyerapan zat hara oleh tanaman, penguapan elemen hara ke atmosfer, resapan ke dalam tanah, dan terjadinya erosi. Sedangkan beberapa penyebab menurunnya kesehatan tanah yaitu : tidak pernah melakukan pemberian bahan organik ke tanah, pemakaian pupuk yang berlebihan, terjadinya pencemaran bahan kimia yang berbahaya (seperti pestisida kimia), melakukan pembakaran di atas lahan (dapat merusak tekstur tanah) dan juga erosi.
Seperti yang kita ketahui dan hal ini sudah bukan menjadi rahasia lagi yaitu tentang penggunaan pupuk kimia dan pestisida kimia pada era sekarang ini. Penurunan kesuburan tanah saat ini semakin diperparah dengan adanya perilaku penggunaan bahan kimia sebagai faktor pendukung usaha tani yang semakin tidak bijaksana. Mulai dari penggunaan pupuk kimia secara berlebihan dan penggunaan pestisida kimia yang semakin ugal-ugalan. Sehingga kondisi kesehatan tanah dari segi fisika, kimia dan biologi mengalami penurunan. Kalau kondisi kesehatan tanah semakin menurun, sudah dipastikan kondisi kesehatan tanaman juga pasti menurun. Kondisi seperti ini kalau dibiarkan maka juga akan semakin menurunkan tingkat penghasilan petani dan kesehatan konsumen dari produk pertanian yang kita hasilkan.
Oleh karena itu, disinilah peran dan tugas kita sebagai penyuluh pertanian dibutuhkan. Yaitu untuk membangun pola pikir petani bahwa jika tanahnya sehat maka tanamannya juga akan sehat sehingga harapannya produksi juga bisa meningkat. Pola pikir atau mindset ini hendaknya jangan dilupakan, sampai kapanpun di setiap kesempatan harus disampaikan kepada petani sampai membentuk perilaku bahwa petani sudah betul-betul mengerjakan atau melaksanakannya. Karena ini adalah kunci utama untuk menyelesaikan masalah petani dalam berbudidaya tanaman yang semakin lama semakin sulit.
Kunci untuk mencapai tanah sehat yang harus dilakukakan adalah pengembalian bahan organik ke tanah. Hal ini dilakukan karena dengan pengembalian bahan organik ke tanah, baik dari segi fisika, kimia, dan biologi juga akan naik nilainya. Sehingga dengan pengembalian bahan organik ke tanah kesehatan tanah yang baik akan tercapai.
Salah satu bentuk kegiatan yang mudah dilaksanakan untuk pengembalian bahan organik ke tanah adalah dengan tidak membabat sisa tanaman jerami dari tanaman padi yang telah dipanen. Sisa tanaman baik yang masih menancap di tanah sawah atau yang sudah diangkut sisa dari perontokan harus dikembalikan lagi ke sawah. Dan selanjutnya dilakukan pengolahan tanah dengan proses fermentasi untuk membantu mempercepat pembusukan sisa tanaman yang ikut diolah. Proses fermentasi dalam pengolahan lahan ini bisa dibantu dengan menggunakan bahan dekomposer pembenah tanah.
Selain pengembalian sisa tanaman yang telah dipanen, kita juga bisa menambah kandungan bahan organik tanah dengan memanfaatkan limbah ternak yang ada di sekitar (apabila memang tersedia). Limbah ternak yang bisa digunakan adalah feses / kotoran, urine, dan sisa pakan. Proses pengolahan limbah ternak ada 2 cara yaitu pengolahan secara terbuka dan tertutup. Pengolahan secara terbuka dilakukan hanya dengan menumpukkan kotoran ternak pada suatu area tertentu terpisah tapi dekat dengan kandang. Kotoran ditumpuk dan dibiarkan selama waktu yang tidak tentu, dan biasanya digunakan menjelang musim tanam yaitu sebelum pengolahan tanah dilakukan. Sedangkan pengolahan secara tertutup adalah pengolahan dengan cara membenamkan kotoran ternak ke dalam sebuah lubang yang telah dipersiapkan sebelumnya. Lubang dibuat pada tempat yang diberi naungan / atap. Kotoran ternak dimasukkan ke dalam lubang lalu dibiarkan begitu saja hingga lapuk sendiri atau dibantu pelapukannya dengan bantuan dekomposer untuk mempercepat fermentasi.
Jadi dalam berbudidaya tanaman apapun jangan melupakan pengembalian bahan organik jika ingin mendapatkan produksi yang bagus secara kualitas maupun kuantitas. Pesan ini harus disampaikan agar petani tidak lupa, karena dengan pengembalian bahan organik sasaran perbaikan kesehatan tanah dari segi fisika, kimia, dan biologi akan tercapai. Sekali lagi jadikan pengembalian bahan organik sebagai prioritas utama untuk langkah awal dalam membentuk perilaku budidaya petani. Jika ingin hasil usaha taninya meningkat, baik secara kualitas maupun kuantitas maka JANGAN LUPAKAN PENGEMBALIAN BAHAN ORGANIK.
Ditulis oleh : Deny Murtanti, SP
Admin TI BPP Kec. Kabuh