
Sumobito, Jombang. Sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan pendapatan sebagian masyarakat, kebutuhan akan produk komoditas hortikultura (buah dan sayur) terus meningkat, Disamping itu, komoditas hortikultura mempunyai potensi besar dan prospek yang cukup baik untuk dikembangkan secara agribisnis. Kenyataan di lapangan dalam proses produksinya belum ditangani secara serius oleh sebagian besar petani serta tidak pernah lepas dari resiko serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT). Resiko serangan OPT ini merupakan konsekuensi dari setiap perubahan ekosistem, salah satunya akibat dari pengendalian OPT dengan pendekatan tunggal (pestisida sintetis). Oleh karenanya, perubahan ekosistem harus diperhitungkan dalam setiap usaha budidaya tanaman.
Pengendalian Hama Terpadu (PHT) merupakan suatu cara pendekatan atau cara berpikir tentang pengendalian OPT yang didasarkan pada pertimbangan ekologis dan ekonomis melalui pengelolaan agro-ekosistem yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan. Dengan penerapan PHT diharapkan populasi OPT dan kerusakan oleh OPT berada pada tingkat yang secara ekonomis tidak merugikan, mengurangi resiko pencemaran lingkungan akibat penggunaan pestisida, produktivitas pertanian mantap, serta pendapatan dan kesejahteraan petani meningkat. Untuk mengurangi resiko akibat penggunaan pestisida tersebut, diperlukan penerapan budidaya sistem PHT secara serius oleh petani dan rekayasa teknologi sebagai alternatif dalam pengendalian OPT yaitu pemanfaatan agens hayati.
Di Kelompoktani Wonosari Desa Gedangan, baru-baru ini melaksanakan kegiatan Pengembangan Agens Hayati Dan Biopestisida. Kegiatan ini dimulai pada bulan Maret 2012 yang lalu dan akan berakhir pada bulan Juli ini. Komoditi yang diaplikasi Agens Hayati dan Biopestisida adalah semangka. Kelompoktani Wonosari merupakan salah satu kelompoktani yang mengembangkan budidaya semangka pada MK I. Selain kelompoktani Wonosari, di Kecamatan Sumobito juga ada kelompoktani yang mengembangkan budidaya hortikultura, yaitu kelompoktani Mentoro I dan Mentoro II yang juga mengembangkan budidaya semangka. Sedangkan kelompoktani di wilayah Gapoktan Bakalan dan Sebani mengembangkan budidaya kangkung dan sebagian lagi bayam untuk diambil bijinya.
Agens hayati yang diaplikasikan pada tanaman semangka di Kelompoktani Wonosari berupa PGPR dan pesnab. Selain kedua bahan tersebut juga diaplikasikan pupuk bokasi sebagai pupuk dasar. Aplikasi PGPR dilakukan sejak awal pertumbuhan dengan cara disiramkan dengan interval 7-10 hari. Penyiraman dilakukan 5 kali selama satu musim. Sedangkan pesnab digunakan sebagai pengendali aphid dan belalang. Pesnab diaplikasikan pada saat terlihat adanya populasi kedua hama tersebut. Dari kegiatan pengendalian tersebut mendapatkan hasil yang positif dimana tingkat serangan hanya ringan dan hama tanaman bisa dikendalikan sampai panen.Sebagai RTL kegiatan ini, kelompoktani Wonosari akan menggiatkan Regu Pengendali Hama (RPH) nya untuk belajar tentang Agens Hayati. Hal ini ditanggapi oleh Bapak Abdul Hamid dari Laboratorium Proteksi Tanaman Mojokerto pada waktu kunjungan lapang ke kelompoktani Wonosari dengan mengundang kelompoktani Wonosari untuk melihat langsung cara pembuatan Agens Hayati dan belajar langsung di Laboratorium tersebut.
(Nizarul F - Unit TI Kec. Sumobito)