Sebagai salah satu pengawal menuju visi budaya organik 2013, lab terpadu dinas pertanian terus meningkatkan kapasitasnya. Sampai saat ini lab telah menyelesaikan analisa 600 lebih sampel tanah di seluruh Poktan Kab. Jombang. Dari analisa yang dilakukan tersebut diketahui ternyata kandungan Bahan Organik (BO) di Jombang tergolong sangat rendah – rendah. Sementara itu, kandungan P dan K di Kabupaten Jombang masih cukup tinggi, akan tetapi karena kandungan BO tanah rendah menyebabkan unsur P dan K tidak bisa diserap oleh tanaman.

Kepada Humus Kepala Dinas Pertanian, Drs. Suhardi, MSi mengatakan Laboratorium Terpadu akan menjadi palang pintu program peningkatan kesuburan lahan di Kabupaten Jombang. Bukan hanya sebagai sarana analisa tanah melainkan juga untuk analisa hama penyakit tanaman dan sarana untuk mengembangkan berbagai mikroba penyubur tanah di Jombang.

Suhardi menambahkan, melalui anjuran teknis yang dikeluarkan oleh Lab. nantinya tidak ada lagi pemberian pupuk secara berlebihan oleh petani. ”Kalau pemberian pupuk bersubsidi dari pemerintah bisa dihemat dan disesuaikan dengan kebutuhan tanaman berdasarkan anjuran teknis dari Lab, dalam satu musim kita bisa menghemat pupuk sampai 2800 ton atau senilai Rp 4, 4 M lebih.” ujar Suhardi.

Sementara itu, Manager Lab. Ir. Endang Susilowati menuturkan, saat ini lab sudah dilengkapi dengan mikroskop binokuler. ”Dengan mikroskob ini kita sudah bisa melakukan analisa terhadap berbagai mikroba baik mikroba yang menguntungkan maupun mikroba yang merugikan tanaman”. Terang Susi.

Selain melengkapi sarana prasarana, laboratorium Terpadu dinas pertanian Kab. Jombang juga terus meningkatkan kapasitas SDM nya dengan cara mengikutkan pembekalan dan pelatihan. Untuk itu dinas pertanian juga mengadakan kerjasama dengan Laboratorium (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian) BPTP Malang. Melalui program peningkatan kapasitas ini diharapkan dalam waktu 2 tahun ke depan Lab sudah memiliki sertifikat sebagai Lab. Standart.

Sebagaimana hasil analisa Lab yang menunjukkan bahwa kandungan P dan K di tanah berada pada kisaran tinggi. Saat ini lab. Terpadu sedang mengembangkan cendawan mikoriza yang dapat membantu merombak unsur P dan K di tanah untuk tanaman. Dengan bantuan mikroba ini nantinya penggunaan unsur P dan K bisa dikurangi.

Hadi Suryanto, SP, salah satu teknisi di Lab. menjelaskan hasil uji coba isolat mikroriza yang diaplikasikan pada tanaman jagung terbukti mampu meningkatkan serapan unsur P dan K. Hal ini ditunjukkan dengan akar jagung yang lebih besar dan banyak, akar yang lebih pendek karena dibantu oleh mizellium (akar) jamur serta batang yang lebih besar dan daun lebih lebar dan lebih hijau.

”Saat ini kita sedang membuat formulasi agar cendawan mikoriza dapat diaplikasikan pada kompos sehingga mudah diaplikasikan oleh petani.” terang Hadi. Selain mengembangkan cendawan mikoriza beberapa mikroba yang siap dikembangkan diantaranya adalah bakteri Pseudomonas sebagai penghasil unsur mikro dan pemacu pertumbuhan tanaman, dan bacillus sp sebagai agen hayati dan pemacu pertumbuhan.

Dengan berkembangnya kemampuan lab terpadu disambuat antusias oleh petani dan petugas di lapangan. Santoso PPL asal Kabuh mengatakan, keberadaan Lab. sangatlah penting. Menurutnya dengan lab PPL bisa menjelaskan kondisi tanah pada masing-masing wilayah binaan, dan berapa sebenarnya pupuk yang dibutuhkan tanaman baik pupuk organik maupun pupuk kimia. ”Saat ini kami sedang menunggu hasil analisa sampel tanah di kelompok saya, dulu sampel tanah susah diambil sekaang hasilnya sedang ditunggu-tunggu oleh petani” ujar Santoso.

Senada dengan pendapat Santoso, Nuning SP, PPL Kecamatan Diwek mengaku, petani binaannya mulai memahami pentingnya pengetahuan tentang kesuburan tanah, hasil analisa tanah di WB nya yang rendah mampu menggugah kesadaran petani untuk menggunakan berbagai pupuk organik.