Masih ingatkah anda dengan istilah Pesnab? Istilah ini sangat akrap di telinga petani terutama bagi lulusan SLPHT, sekolah lapang pengendalian hama terpadu.  Pesnab adalah istilah yang diambil dari kata Pestisida Nabati.  Dalam dunia pertanian, Pesnab diartikan sebagai bahan aktif tunggal atau majemuk yang berasal dari tumbuhan yang dapat digunakan untuk mengendalikan organisme pengganggu tumbuhan (OPT). Sebagai bahan pengendali OPT yang berasal dari tumbuhan, Pesnab relatif mudah dibuat dengan kemampuan dan pengetahuan yang terbatas sekalipun.

Oleh karena terbuat dari bahan alami/ nabati maka pestisida ini bersifat mudah terurai/ biodegradable di alam.  Konsekuensi logisnya, pengendalian OPT dengan cara ini tidak mencemari lingkungan dan relatif aman bagi manusia dan ternak peliharaan.  Hal ini disebabkan residu pesnab mudah hilang, Ungkap Pak Rudi Priono  selaku Penyuluh Pertanian Kab. Jombang.  Sebenarnya, setiap tanaman kaya akan bahan bioaktif. Beberapa literatur menyatakan, ada sekitar 2.400 jenis tumbuhan dalam 235 famili, yang memiliki potensi digunakan sebagai bahan pestisida nabati, tambah Bapak dua anak itu.

Dalam hal ini, Poktan Ngoro Kidul yang punya pengalaman dalam menghadapi permasalahan penyakit blast, juga berupaya mengembangkan Pesnab dari bahan yang ada di lingkungan sekitar.  Tutup tanam telah berlalu, tinggal rangkaian perawatan dilakukan petani sekaligus menjaga tanaman dari serangan OPT.  Memang tidak semua petani menanam padi di areal seluas 25 ha itu ssat ini, tapi  Pesnab memang bisa digunakan untuk berbagai komoditas. 

Rangkaian pengendalian tanaman secara terpadu dilakukan mulai melakukan budidaya tanaman sehat, pengamatan rutin dan pengembangan musuh alami serta petani ahli PHT.  Ketika serangan hama penyakit telah diatas batas ambang ekonomi, maka diperkenankan menggunakan pestisida. Untuk itu, penggunaan Pesnab sangat dianjurkan dalam hal ini. Kali ini Poktan Ngoro kidul berupaya mencegah serangan penyakit bercak coklat dan blast pada tanaman padi dengan ramuan pesnab.

Ramuan ini dibuat untuk mengendalikan penyakit yang disebabkan oleh cendawan.  Adapun ramuan yang dibuat terdiri dari Daun tembakau 1 Kg, Cabe rawit 1 kg, Bawang Merah 1 Kg, Kapur 100 gr, Belerang 100 gr.  Cara pembuatannya adalah dimana semua bahan ramuan digiling menjadi satu hingga halus, lalu ditambahkan air sebanyak 1/10 bagian bahan dan setelah itu disaring. Selanjtnya, dosis aplikasi adalah 1 ml larutan pestisida diencerkan dengan 250 ml air.  Untuk satu tabung sprayer dengan kapasitas 15 liter diperlukan 60 ml.  Larutan ini disemprotkan pada tanaman yang terserang penyakit.

Atau bisa digunakan ramuan berikut ini yang terdiri dari 1 genggam kunyit, 1 genggam daun tembakau, 1 genggam daun cengkeh, 1 genggam daun sirsak, 1 Genggam daun paitan (bisa sambiloto), 1 genggam daun mindi, 1 genggam daun mimba, 100 gr kapur, 100 gr Belerang serta air secukupnya.  Pembuatannya, Semua bahan kecuali kapur dan belerang dihaluskan dan dimasukkan dalam 50 liter air lalu didiamkan selama 4 minggu (ramuan A).  Sementara kapur dan belerang ditumbuk halus dan direbus dalam 2 liter air lalu disaring (ramuan B).  Adapun cara pengaplikasiannya adalah dengan menggunakan campuran ramuan A dan B serta air, dengan perbandingan 1 : 2 : 5.  Campuran diaduk rata kemudian disemprotkan ke tanaman.

Sebenarnya belum ada batasan penggunaan pestisida nabati, mengingat bahan yang dipakai ramah lingkungan dan beragam khasiat yang dimiliki.  Pesnab ini juga bisa digunakan petani untuk mengendalikan OPT lain seperti serangga dan virus serta bakteri semua sulit kita kendaliakan penggunaannya, ungkap Pak Sutakat selaku koordinator PPL Kec. Ngoro. (NUNS)