Berbeda dengan klinik yang identik dengan ‘Orang Sakit’, kali ini yang dibahas seputar problem ‘Tanaman Sakit’. Mulai serangan OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) pemberantasan tikus, saluran irigasi yang buntu, penurunan Bahan Organik (BO), masalah ternak sakit sampai yang paling ramai didebatkan kelangkaan pupuk bersubsidi. Semua problematika tersebut tersaji dalam keseruan kegiatan Klinik Agribisnis Desa Tengaran pada Rabu 10 Juli 2024.
Bertempat di halaman kediaman H. Amrozy selaku ketua Gapoktan, anggota Poktan Surobayan dan Poktan Tengaran berkumpul, hadir total 25 peserta pada kegiatan ini. Diawali dengan sambutan H. Kusaeri selaku Kepala Desa, berpesan bahwa dalam kegiatan bertani yang paling utama adalah ‘lapang dada’. Kenapa demikian, Kades yang kini menggeluti budidaya patin dan gurami, melihat adanya anomali/perubuahan iklim yang tidak biasa. Curah hujan dan bencana alam seperti banjir dan kekeringan yang sulit diprediksi. Termasuk pengurangan dan pembatasan alokasi pupuk bersubsidi serta penebusan yang dirasa ‘agak rumit’, kepala desa yang telah menjabat dua periode tersebut mengingatkan petani agar mengutamakan ‘lapang dada’, sehingga petani tetap fokus dalam budidaya dan hasilnya optimal.
Selanjutnya, H Amrozy selaku ketua Gapoktan Tengaran menyampaikan kendala saluran irigasi, terutama saluran buang/patusan mendesak untuk dilakukan normalisasi. Hal ini sudah terjadi hampir 2-3 tahun tidak dirawat dan terjadi penyempitan. Saluran kotor oleh rerumputan dan pendangkalan, terutama lahan penahan saluran, justru dijadikan lahan tanam. Dampaknya, saat hujan deras atau air kiriman dari desa sebelah (Dam Kaliglugu Desa Sumberagung) cukup deras menyebabkan banjir di lahan poktan Surobayan.
Solusi atas tersumbatnya saluran, kepala desa berinisiatif menghidupkan lagi kegiatan Gugur Gunung dan kerja bakti massal. Perlu segera langkah antisipasi, sehingga saat memasuki musim hujan, dampak banjir dapat teratasi. Seperti banjir di musim tanam kemarin, padi baru tanam umur 5-10 hari tergenang seminggu.
Diskusi masih berlanjut, tak ketinggalan Abah Nasib selaku ketua Poktan Surobayan menanyakan mengapa dalam e-Alokasi pupuk bersubsidi jumlah areal tanam berkurang sampai 5 Ha dan beberapa nama petani penggarap tidak muncul. Kembali diingatkan bahwa distribusi pupuk aturannya diberikan bagi petani maksimal memiliki lahan tidak lebih dari 2 Hektar. Selain itu, beberapa petani memiliki lahan garapan di lain tempat, saat input data di Simluhtan terdeteksi lebih dari 2 Ha akan terfilter secara otomatis. Bagi petani yang terlambat dalam input data, dalam aturan terbaru Pupuk Indonesia tetap dapat masuk dalam e Alokasi rutin triwulan saat portal revisi dibuka kembali.
Dalam kesempatan Klinik Agribisnis yang dilaksanakan menjelang musim panen gadu, petani menginginkan dilakukan kunjungan lapang. Diantaranya pengecekan kesuburan tanah, derajat keasaman/pH tanah dan dihidupkan kembali Sekolah Lapang Pengendalian Hayati. Hal ini berkaitan dengan upaya pengendalian serangan OPT tepat sasaran dan tetap ramah lingkungan. Termasuk praktek Bagan Warna Daun (BWD) untuk deteksi aplikasi pupuk urea jangan sampai melebihi dosis pemakaian.
Di tempat yang berbeda, kegiatan Klinik Agribisnis juga dilaksanakan di 21 Kecamatan yang ada di Kabupaten Jombang. Mengingat perkembangan dunia pertanian terus mengalami perkembangan cukup pesat, selain cara budidaya dan mekanisasi pertanian, petani millenial saat ini banyak mempelajari hal baru lewat media sosial. Teknik pembuatan nutrisi berupa pembenah tanah, pembuatan agensi hayati dan pemanfaatan limbah ternak untuk POC serta pembuatan Eco Enzym berbahan limbah dapur (buah-buahan dan sayuran) menjadi kajian menarik dalam keseruan Klinik Agribinis yang dikemas menarik. Pertemuan yang terkesan santai diiringi sendau gurau diharapkan menjadi ajang siraturrahmi sekaligus penyampaian program Dinas Pertanian dalam upaya menjaga stabilitas pangan dan peningkatan produktifitas ditengah situasi kerawanan pangan global sedang melanda. (Risdyan Bahari, SP/PPL Wibi)