PPL dampingi petani kendalikan OPT pada Cabai

El Nino merupakan fenomena iklim yang dapat menyebabkan kemarau panjang dan cuaca ekstrem di berbagai wilayah termasuk di Indonesia. Dikutip dari laman resmi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), El Nino diperkirakan masih akan berlangsung hingga akhir Oktober 2023. Kemudian, pada bulan November terjadi transisi musim kemarau ke musim hujan. Fenomena ini sangat diwaspadai oleh berbagai negara, sebab berpotensi mengganggu ketahanan pangan nasional, berdampak pada sektor pertanian. Salah satu tanaman yang terdampak dari El Nino adalah cabai.

Desa Kendalsari Kecamatan Sumobito Kabupaten Jombang merupakan salah satu wilayah yang memiliki areal tanaman cabai khususnya cabai rawit dengan luasan sekitar ± 10 Ha. Pada musim ini banyak sekali kendala yang dihadapi petani cabai didaerah ini dimana selain kekeringan, terjadi peningkatan serangan hama dan penyakit tanaman yang dapat menyebabkan penurunan produksi dan mempengaruhi kestabilan harga. 

Pada hari Selasa, 14 November 2023, petugas POPT dan PPL Kecamatan Sumobito bersama petani yang tergabung dalam Kelompok Tani dan Regu Pengendali Hama (RPH) Desa Kendalsari melaksanakan Gerakan Pengendalian Hama pada tanaman cabai di daerah tersebut.

Setidaknya ada tiga hama penyebab daun cabai keriting, yaitu thrips, tungau, dan aphids. Hama ini tergolong jenis hama kutu yang menyebabkan daun tanaman cabai menjadi keriting. memiliki cara menyerang yang hampir sama, namun gejala serangan dan akibat serangan sangat berbeda.

Thrips adalah hama kutu yang mengisap pucuk daun, berukuran sangat kecil antara 1 hingga 1,2 mm berwarna hitam dengan bercak merah. Thrips dewasa memiliki sayap dan rambut pada tubuhnya, adapun nimfa (hewan muda) tidak memiliki sayap dan berwarna kekuningan. Hama thrips berada pada permukaan daun bagian atas memiliki mobilitas yang sangat tinggi, mampu meloncat ke tanaman lain dan dapat dilihat dengan kasat mata pada bunga-bunga tanaman cabai atau di atas permukaan daun. Thrips menyerang dengan cara menghisap cairan pada daun. Gejala serangan hama thrips antara lain daun cabai menjadi keriting, mengkerut dan melengkung ke atas serta berubah warna menjadi keperakan dan mudah rontok. Serangan hama thrips juga menyebabkan bunga cabai rontok dan akhirnya dapat menurunkan produktivitas tanaman cabai. Salah satu gejala serangan hama thrips yang mudah diketahui adalah munculnya garis atau bercak putih mengilap pada daun. Kondisi ini lama-kelamaan akan berubah menjadi kecoklatan dengan bintik hitam.

Tungau berukuran sangat kecil dan memiliki delapan kaki berwarna kuning dan merah, serta sering dijumpai di bawah permukaan daun. Tungau dapat meluas dengan cepat pada musim kemarau dalam suhu 28 derajat celcius, di mana hama tungau lebih cepat berkembang biak. Seekor tungau betina tunggal berkembang biak hingga satu juta ekor tungau selama satu bulan. Telur tungau dapat menetas dalam waktu tiga hari, kemudian menjadi dewasa setelah berumur lima hari. Adapun tungau dapat bertahan hidup selama dua hingga empat minggu. Tungau mengisap jaringan mesofil sehingga menghambat fotosintesis pada tanaman cabai. Gejala serangan tungau yang spesifik antara lain daun muda keriting dan melengkung atau menggulung ke bawah, serta menebal berbentuk seperti sendok terbalik. Serangan selalu dimulai dari pucuk daun atau tunas muda. Daun yang terserang mengalami perubahan bentuk dan pertumbuhan tunas terhenti, ditandai dengan munculnya bintik kuning di permukaan daun. Bintik tersebut lama-kelamaan melebar lalu berubah menjadi kecoklatan dan akhirnya menghitam. Bagian bawah daun akan berwarna seperti tembaga dan terdapat benang-benang putih halus. Daun cabai yang terserang berwarna kecoklatan keriting, dan mengecil. Adapun pada serangan parah daun cabai berguguran hingga tidak tersisa. Selain menyerang daun kering dan gugur, tungau juga menyerang batang muda dan pucuk tanaman dan bisa mengakibatkan bunga cabai menguning dan kerontokan hingga tanaman cabai tidak mampu berbuah sama sekali.


Aphids atau kutu daun berbeda dengan thrips dan tungau. Aphids berukuran lebih besar dan tidak mudah meloncat atau berpindah. Hama aphids berwarna hijau kehitaman, ada yang bersayap dan tidak bersayap. Tidak hanya menyerang daun, kutu daun juga menyerang batang tanaman cabai dengan cara mengisap cairan tanaman Hama ini memiliki sifat berkoloni (bergerombol), bersembunyi di bawah permukaan daun, tepi daun, dan pada batang tanaman cabai. Serangan kutu daun sangat mudah dikenal, yaitu jika terlihat banyak semut bergerombol pada batang tanaman cabai. Daun dan batang tanaman cabai mengerut dan keriting akan terhambat pertumbuhannya. Kutu daun mengeluarkan embun madu yang sangat disukai semut serta menyebabkan pertumbuhan jamur embun jelaga dan menghambat proses fotosisntesis. Ilustrasi tanaman cabai, menanam cabai. Cabai atau cabe, mengandung berbagai nutrisi, sehingga manfaat cabai sangat baik untuk menjaga kesehatan tubuh. Daun yang terserang berwarna hitam, pertumbuhan terhambat, keriting dan pertumbuhan tidak normal. Daun pun seringkali menjadi layu, menguning, dan akhirnya rontok. Selain itu, kutu daun juga mengeluarkan senyawa toksin melalui air liurnya. Akibatnya, tanaman cabai menjadi kerdil dan terbentuk puruh pada helaian daun. Kutu daun juga merupakan salah satu vektor (pembawa penyakit) yang menyebabkan tanaman cabai terkena virus mozaik. Kutu daun yang mengisap tanaman yang sudah terkena virus mozaik dari suatu tempat atau tanaman lainnya dapat menularkan ke tanaman cabai yang masih sehat, melalui sedotan atau alat hisap mulut.

Ada beberapa cara mengendalikan hama pada tanaman cabai, yakni sebagai berikut. 

  • Sanitasi lahan atau pembersihan gulma pengganggu. 
  • Gunakan mulsa plastik hitam perak. 
  • Atur jarak tanam sehingga tidak terlalu rapat. 
  • Tanam tanaman pembatas seperti jagung, tanaman refugia atau tanaman lainnya sebagai tanaman perisai berpindahnya hama. 
  • Pemulihan tanaman yang telah sembuh dari serangan hama s, yang dapat dilakukan dengan pemupukan dan penyemprotan zat perangsang tumbuh seperti pupuk daun.
  • Pengamatan rutin untuk memantau perkembangan tanaman dan serangan hama tungau. 
  • Penyemprotan insektisida nabati dengan eksrtak tembakau, bawang putih yang dicampur sedikit deterjen. Lakukan penyemprotan pagi atau sore hari setiap dua hari sekali. 
  • Jika insektisida nabati tidak mampu lagi, maka gunakan insektisida kimia atau akarisida.
  • Memasang perangkap perekat berwarna kuning.

     

Penulis : Ahmad Irfan, S.TP / Penyuluh Pertanian Muda

Editor    : A.R. Yahya,S.Pt./Penyuluh Pertanian Ahli Pertama

 

Sumber :

https://www.detik.com/jogja/berita/d-6971377/mengenal-el-nino-pengertian-penyebab-dan-dampaknya 2023

https://www.kompas.com/homey/read/2022/04/30/100100076/kenali-3-hama-penyebab-daun-cabai-mengeriting-dan-solusinya?page=all