
Kecamatan Bareng merupakan wilayah sebelah selatan di Kabupaten Jombang, dimana masyarakatnya sebagian besar berprofesi sebagai petani. Namun, dalam usaha tani selama ini masih terkendala oleh banyaknya serangan hama tikus yang tidak kunjung selesai.
Para petugas pertanian Kecamatan Bareng selalu memotivasi kelompoktani dan petani untuk mengendalikan secara murah dengan cara pengaturan pola tanam, tata tanam serentak, waktu tanam tepat, gropyokan, penggunaan umpan beracun, emposan, TIRAN, serta melestarikan keberadaan burung hantu (Tyto alba) dengan memperbanyak pendirian pagupon.
Saat ini di Kecamatan Bareng telah di kembangkan pengendalian OPT tikus dengan mengunakan bantuan regu anjing pemburu. Anjing pemburu yang sudah terlatih untuk berburu ini di manfaatkan kemampuannya untuk memburu tikus di liang aktif. Apabila anjing tersebut mengendus dan mengoyak-oyak liang tersebut, berarti di liang tersebut dipastikan ada tikusnya.
Dengan berkembangnya regu anjing ini maka dibentuklah asosiasi regu pengendali tikus dengan menggunakan anjing. Adapun susunan kepengurusan regu anjing sebagai berikut :
Ketua I : Tarkim
Ketua II : Suyatno
Sekretaris : Wawan Adi Prayitno
Bendahara : Tarmin
Jumlah pemilik Anjing : 29 Orang
Jumlah Anjing : 53 Ekor
Kantor Sekretariat : Dusun Mundusewu Ds. Mundusewu Kec. Bareng
telp : 08563357510 ( P. Suyatno)
Pembagian wilayah Kerja :
1. Bareng : Bareng, Jenisgelaran
2. Mundusewu : Mundusewu, Kebondalem, Tebel
3. Ngampungan : Ngampungan
4. Pulosari : Pulosari, Ngrimbi, Nglebak
5. Mojotengah : Mojotengah, Banjaragung
6. Karangan : Karangan, Pakel
Cara Kerja Regu Anjing :
Regu anjing digunakan untuk membantu petani dalam mengendalikan OPT tikus dengan cara Gropyokan bongkar galeng maupun fumigasi. Regu anjing ini digunakan sebagai penunjuk liang tikus aktif yang ada tikusnya.
Pengendalian dengan cara bongkar galeng dilaksanakan pada saat tanah bero (tidak ada tanamannya). Waktu kegiatan biasanya pada pukul 06.00 sampai dengan pukul 10.00 pagi, hal ini dikarenakan kemampuan anjing dalam berburu ± 4-5 jam dalam sehari dengan luasan lahan 8 Ha. Anjing dilepas di areal persawahan yang akan dibongkar galengnya, kemudian setelah anjing mengendus-endus dan mengais-ngais liang tikus, maka kemungkinan besar di dalam liang tersebut terdapat tikusnya. Kemudian galeng di gali sampai kedalaman 40-70 cm. Setelah terlihat tikusnya, anjing pemburu mengejar tikus tersebut. Dengan cara ini dimungkinkan bahwa pada saat bongkar galeng tidak ada tikus yang lolos dari gropyokan. Pengendalian OPT tikus pada saat tanaman padi stadia generatif yaitu dengan cara mengunakan fumigasi dan bantuan anjing pemburu. Anjing pemburu dilepas di areal sawah,apabila anjing tersebut mengais-ngais liang tikus aktif maka liang tersebut yang dijadikan target dalam pengemposan.
Pemanfaatkan anjing pemburu pada saat gropyoan (bongkar galeng) sangat efektif dalam pengendalian hama tikus apabila kegiatan ini dilakukan secara rutin dan serentak pada saat pratanam (lahan sawah dalam keadaan belum ada tanamannya), disamping fumigasi dan pemasangan rodentisida.
(Lilis Sugiarti - Tim Petugas Pertanian Kec. Bareng)