“Den bagus” si pengerat alias tikus (Rattus argentiventer) merupakan salah satu jenis hama yang mengakibatkan kerugian yang besar bagi petani. Serangan hama tikus yang semakin luas, membuat petani di Kabupaten Jombang melakukan kegiatan berburu tikus  atau lebih dikenal dengan sebutan gropyokan sebelum masa tanam.  

Sebagaimana yang terjadi di areal persawahan milik Poktan Pojokrejo Dsn. Ngembul  Ds. Kesamben Kecamatan Kesamben yang terancam diserang “den bagus”. Oleh karena itu pada hari Sabtu, 25 Januari 2020 dilakukan Gropyokan “den bagus” untuk mengurangi populasi hama tikus. Kegiatan ini melibatkan kelompoktani, PPL Kec. Kesamben dan Kepala Dusun. Dalam Gropyokan tikus menggunakan metode penembakan dengan mendatangkan regu tembak sebanyak 20 orang dari Kecamatan Peterongan.  

Gropyokan “den bagus” dilakukan dengan mengusik lubang yang dijadikan tempat bersembunyi tikus lalu menembak tikus yang keluar dari lubang. Kegiatan ini harus dilakukan secara serentak guna menghindari perpindahan tikus ke tempat lain, gerak cepat.” Terang Muslikin PPL Pojokrejo.

Dari hasil perburuan tikus di Dsn. Ngembul Ds. Kesamben Kecamatan Kesamben didapatkan 1.708 ekor dengan nilai per ekornya sebesar Rp. 1.500,-. Dapat diasumsikan sebanyak 1.708.000 ekor tikus akan hilang dalam kurun waktu satu tahun kedepan, dengan perhitungan sepasang tikus beranak 8-15 ekor anak per kelahiran. Dimana umur reproduksi tikus sangat singkat yaitu sekitar 21 hari dan mampu kawin kembali 2 hari setelah melahirkan (post partum oestrus). Dalam kondisi tersebut,anak tikus dari kelahiran pertama sudah mampu bereproduksi sehingga seekor tikus betina dapat menghasilkan total sebanyak 80 ekor tikus baru dalam satu musim tanam padi. Dengan kemampuan reproduksi tersebut, tikus sawah berpotensi meningkatkan populasinya dengan cepat jika daya dukung lingkungan memadai.

Selain melakukan gropyokan “den bagus”, pengendalian hama tikus dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Melakukan tanam serempak, tujuannya membatasi ketersediaan pakan padi pada masa generatif agar tidak terjadi perkembangan hama tikus secara terus-menerus

2. Sanitasi habitat, tujuannya membersihkan semak-semak yang dijadikan sarang oleh tikus. Sanitasi habitat ini melingkupi pematang sawah, parit, tanggul dan saluran pengairan.

3. Pengemposan atau fumigasi, tujuannya untuk membunuh tikus beserta anak-anaknya dalam lubang sarang.

4. Rotasi tanaman atau pergiliran tanaman, tujuannya untuk memutus rantai serangan hama tikus. Jika selama masa tanam padi-padi-padi, maka dapat dirubah padi-padi-jagung atau yang lainnya.  

5. Jarak tanam, tujuannya jarak tanam yang lebar dapat mengurangi intensitas serangan hama tikus.

6. Menggunakan “josmo”, pengendalian ini dengan cara menggunakan belerang yang dimasukkan ke dalam sarang tikus lalu disemburkan api dari gas LPG

7. Menggunakan musuh alami, seperti ular, burung hantu, kucing, anjing , dan lain-lain.

8. Pengendalian secara kimia, cara ini dilakukan ketika populasi tikus sangat tinggi dan tidak memungkinkan dikendalikan secara mekanik.  

 

Ditulis oleh: Aan Dwi Aulia Fitri.