Rianto adalah seorang petani berusia 45 tahun dan bertempat tinggal di Dusun Kambingan Desa Ngusikan Kecamatan Ngusikan Kabupaten Jombang Provinsi Jawa Timur. Di rumahnya yang asri, beliau tinggal bersama istri dan seorang anaknya yang masih menempuh bangku kuliah. Bersama petani lainnya, Rianto mendapatkan berkah tersendiri atas terpilihnya Desa Ngusikan sebagai salah satu desa yang mendapat aliran air dari Daerah Irigasi Kromong III menjadi lokasi yang disepakati oleh Pemerintah Kabupaten Jombang untuk pelaksanaan proyek IPDMIP (Integrated Participatory Development and Management of Irrigation Project). Proyek IPDMIP memiliki tujuan utama untuk meningkatkan produksi padi dan mendukung pencapaian swasembada beras di Indonesia. Untuk mencapai target tersebut, diperlukan upaya kolaboratif dari pemerintah, petani, dan berbagai pihak terkait dalam meningkatkan produktivitas pertanian. 

Rianto aktif mengikuti beberapa kegiatan IPDMIP yang diselenggarakan oleh Dinas Pertanian Kabupaten Jombang sejak tahun 2019 seperti Sekolah Lapangan, Forum Berbagi Pengalaman Antar Petani, Kunjungan Lintas Desa, Rantai Nilai, dan Pelatihan Literasi Edukasi Keuangan (PLEK). Dari berbagai kegiatan IPDMIP tersebut, sekolah lapangan adalah kegiatan yang sangat menarik bagi beliau karena menggunakan metode penyuluhan dan pelatihan pertanian yang melibatkan petani secara langsung di lapangan. Menurut Rianto, sekolah lapangan memberikan perubahan terhadap pengetahuan, wawasan, dan ketrampilannya dalam mengelola pertanian secara efektif dan efisien. Atas dorongan dari penyuluh setempat dan dari diri sendiri, Rianto mulai mencoba menerapkan apa yang disampaikan saat sekolah lapangan yaitu penggunaan pupuk bokashi dan sistem tanam jajar legowo 2:1. Sebelumnya beliau tidak pernah membuat pupuk bokashi dan sistem tanam padi masih secara konvensional (tegel/ubinan). Pupuk bokashi dibuat dengan memanfaatkan kotoran kambing yang beliau miliki. Aplikasi di lapangan, per boto 100 (0,14 hektar)  diberikan pupuk bokashi sebanyak 1 ton. Pemberian pupuk bokashi menurutnya mampu mengurangi penggunaan pupuk kimia dan meningkatkan produktifitas lahannya yang ditanam dengan sistem jajar legowo 2:1. Hasil panen yang didapatkan menunjukkan peningkatan, pada periode tanam pertama menghasilkan 1,3 ton gabah kering sawah per 0,14 hektar (per boto 100), dimana sebelumnya hanya berkisar 1 ton. Pada periode tanam kedua, pupuk bokashi diturunkan penggunaannya menjadi 750 kg saja, namun mampu menghasilkan 1,45 ton gabah kering sawah yang ditaman dengan sistem jajar legowo 2:1. Rianto sangat senang karena bisa membuktikan sendiri hasil sekolah lapangan, bahkan beberapa petani lain yang tidak mengikuti sekolah lapangan IPDMIP mulai mencoba menerapkan seperti apa yang telah diterapkannya. Hingga saat ini, Rianto enggan berpaling dari pupuk bokashi dan sistem tanam jajar legowo 2:1.

Sedikit resep tentang pembuatan bokashinya diinformasikan diperlukan beberapa bahan seperti pupuk kandang 200 kg, dedak 10 kg, sekam 200kg, gula pasir 5 sendok makan, Dekomposer 20 sendok makan dan air secukupnya. Cara pembuatannya juga mudah, cukup dengan melarutkan decomposer dengan gula kedalam air, campur pupuk kandang, sekam dan dedak sampai merata. Kemudian siram dengan larutan decomposer sampai kandungan air adonan 30%, dibuat gundukan 15-20 cm kemudian ditutup dengan karung goni selama 3-5 hari.  Suhu dicek setiap 5 jam sekali, dipertahankan suhu 40-500 C, bila suhu lebih karung penutup dibuka lalu adonan dibolak-balik kemudian ditutup lagi. Setelah lebih kurang 4 hari bokashi selesai terfermentasi dan dapat digunakan sebagai pupuk.

Guna mendukung usaha taninya, Rianto mengakses KUR senilai Rp. 25.000.000 dengan jangka waktu pengembalian selama 5 bulan. Dana KUR digunakan untuk memenuhi kebutuhan operasional usaha tani seperti biaya tanam yang sedikit lebih mahal pada sistem jajar legowo dan sewa combine harvester untuk panen. Investasi ini berani ia dilakukan karena sebanding dengan hasil panen yang diperoleh. Kala memanen padi seluas 0,71 ha yang dimilikinya, Rianto menggunakan combine harvester untuk meminimalisir kehilangan hasil. Alat tersebut disediakan oleh Asosiasi Komoditas (Askom) Padi Kabupaten Jombang, sebuah lembaga pertanian binaan Dinas Pertanian Kabupaten Jombang yang membeli gabah petani dengan harga diatas harga pasaran yang ditawarkan tengkulak. Keberadaan Askom mampu menjaga stabilitas harga tinggi berpihak kepada petani. Rianto telah mensuplai 8 ton gabah kering sawah dan diakuinya, pendapatannya meningkat sekitar 30%. Berbekal hasil Pelatihan Literasi Edukasi Keuangan (PLEK) IPDMIP, seluruhnya kini tercatat rapi dalam pembukuan keuangan usaha tani. 

Tidak semua lahan padi Rianto dipanen dengan mesin, masih ada secuil lahan seluas 0,14 ha yang dipanen secara manual dan hasilnya dibawa pulang untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Jargon pertanian Kabupaten Jombang “Muleh Nggowo Gabah” atau pulang bawa gabah sudah lama diterapkan, hal ini dimaksudkan agar ketahanan lumbung pangan keluarga akan senantiasa terpenuhi dengan beras sehat hasil budidaya sendiri dan tersedia setiap waktu. 

            Program IPDMIP memberikan dampak positif dalam jangka waktu panjang bagi Rianto dan rekan-rekannya yang lahan sawahnya berada di Daerah Irigasi Kromong III. Dengan adanya perbaikan saluran irigasi, kebutuhan air untuk ratusan hektar lahan pertanian dapat terpenuhi. Harapannya, program IPDMIP tidak berhenti tahun ini, tapi dapat berlanjut kedepannya. Selain memperbaiki infrastruktur irigasi, proyek ini mampu meningkatkan kapasitas petani dalam pengelolaan sumber daya air dan pertanian secara efektif dan efisien dari hulu sampai hilir. Pengembangan SDM petani melalui sekolah lapangan tentang teknik pertanian modern, penggunaan teknologi tepat guna, dan praktek pengelolaan yang berkelanjutan akan membantu petani menjadi lebih berkompeten dan mandiri. Dengan terus dilaksanakannya program IPDMIP, diharapkan pertanian Indonesia dapat berkembang menjadi lebih baik, kesejahteraan petani semakin meningkat, dan ketahanan pangan nasional akan segera terwujud. (by nuns)

Penulis : Nuning Istiyowati, SP/PPL Madya Kabupaten Jombang