Berbatasan langsung dengan Kabupaten Kediri dan Kabupaten Malang, Kecamatan Ngoro memiliki potensi pertanian yang luar biasa. Selain tanaman pangan, lahan pertanian di sana memiliki daya dukung produksi hortikultura (sayur) yang sangat bagus. Brokoli, cabe, mentimun, jagung manis, kubis, bawang daun dan berbagai tanaman sayur lainnya hampir tidak pernah putus tanam dan panen. Melihat potensi yang luar biasa ini, Pemerintah Kabupaten Jombang melalui Dinas Pertanian tidak tinggal diam, banyak sekali program pengembangan pertanian khususnya sektor hortikultura yang diarahkan ke Kecamatan Ngoro, misalnya bantuan benih sayuran.

Ditengah gempuran dan tekanan perekonomian akibat Pandemi Covid-19 sektor pertanian terbukti mampu bertahan bahkan mampu menunjukkan pertumbuhan positif. Pandemi virus ini secara tidak langsung membuat antusiasme masyarakat untuk menerapkan pola hidup sehat. Dengan kata lain makin banyak yang mengonsumsi buah maupun sayur. Hal ini harus dipandang sebagai peluang bagi petani khususnya petani hortikultura. Akan tetapi tantangan yang dihadapi juga tidak kalah berat, karena budidaya tanaman hortikultura membutuhkan perhatian yang lebih daripada budidaya tanaman lainnya.

Budidaya tanaman Hortikultura akan melewati tahapan pertama yaitu pesemaian tanaman. Pesemaian merupakan proses menumbuhkan benih menjadi bibit yang nantinya siap untuk dipindahkan ke lahan. Ppesemaian merupakan tahapan penting dalam sebuah budidaya tanaman mengingat dari pesemaian yang baik akan diperoleh benih sehat, kuat dan bebas penyakit. Benih berkwalitas ini merupakan kunci keberhasilan selanjutnya. Untuk ini perlu diperhatikan secara detail setiap pesemaian mulai dari nutrisi tanaman, tempat pesemaian dan cara penyemaian.  

Dalam bidang pertanian teknologi akan terus berkembang dari masa ke masa. Dengan teknologi diperoleh kualitas bibit terbaik dengan produksi masal dan cepat. Guna memenuhi kebutuhan bibit yang sehat, kuat dan bebas dari penyakit, dikembangkan inovasi baru persemaian yaitu dengan cara kerja membuat tanah menjadi balok balok dengan teknik pengepresan, kemudian benih sayuran disemaikan di atas balok balok tanah tersebut, sistem ini di sebut Soil Block, atau disebut juga persememaian sitem brownis. Soil block adalah alat pembentuk tanah dengan cara pengepresan sehingga akan membentuk balok-balok tanah padat menjadi media semai dimana kita bisa menumbuhkan bibit yang sehat, bebas sampah plastik dan mudah untuk pindah tanam pada lahan.

Merespon teknologi baru di bidang persemaian benih ini, M. Taufiqurrohman seorang pemuda tani asal Dusun Plemahan, Desa Banyuarang Kecamatan Ngoro sudah dua tahun terakhir ini menerapkan teknologi Soil Block dalam mempersiapkan bibit yang bagus untuk ditanam di hamparan. Ditemui di gubug persemaian yang berlokasi tidak jauh dari SDN Banyuarang I Kecamatan Ngoro dia menjelaskan awal mula tahu, mencoba dan mengembangkan sistem persemaian yang efisien dan ramah lingkungan ini. Gagal dan berhasil sudah pernah dia alami. Pernah dalam satu proses penyemaian benih cabe dengan jumlah sekitar 20 ribu benih gagal total, tidak ada yang berhasil tumbuh. Namun baginya hal itu bukan menjadi hambatan untuk menuju keberhasilan. “Kalau berhasil terus kita tidak akan tahu faktor kunci  yang membuat kita berhasil, dan kalau kapok kita juga tidak akan tahu bagaimana proses yang benar sehingga kita mendapat hasil sebagaima yang kita inginkan” demikian terangnya.

                                           Gambar 1. Ilustrasi Pembuatan Media Soil Block

                       Gambar 2. Perbandingan Pesemaian Polybag dengan sistem Soil Block

Pada sistem pesemaian tradisional, sering kita jumpai plastik-plastik ukuran kecil yang diisi tanah sebagai media semai yang berpotensi meninggalkan limbah plastik yang merusak lingkungan dalam jangka panjang. Lain halnya dengan pesemaian sistem Soil Block, media semai berupa tanah yang dipadatkan dalam cetakan tidak meninggalkan limbah apapun, sehingga sistem ini dinilai ramah lingkungan.

Karena ada proses pengepresan dalam cetakan, untuk menghindari media semai yang keras atau bantat, kita perlu teliti bahan-bahan penyusun media semai. Taufiq berbagi pengalaman, untuk mendapatkan hasil yang memuaskan dalam proses semai benih, media dan komposisi yang bisa digunakan antara lain 25% tanah sawah, 25% tanah bawah naungan bambu, 30% bokashi, 10% cocopeat, 5% arang sekam dan 5% kaptan.

Beberapa keuntungan yang kita dapat melaui teknologi Soil block seedling ini adalah hemat waktu, karena dengan sistem ini kita tidak perlu mengisi satu per satu kantong plastik/polybag dengan tanah, tetapi cukup sekali mamasukkan media semai kedalam cetakan, maka kita akan memperoleh 40 sampai dengan 240 media siap semai tergantung ukuran cetakan. Selain itu, karena tidak menggunakan polybag maka proses pindah tanam ke lahan juga menjadi lebih cepat. Penggunaan Soil block juga dapat meminalisir gejala stres dari guncangan transplantasi pada saat pindah tanam, karena akar tetap utuh dan terlindungi. Bibit akan lebih cepat beradaptasi dengan lingkungan baru, karena akar berkembang dengan cepat keluar dari balok tanah. Karena tidak ada plastik/polybag dalam proses semai, maka penyiraman pesemaian menjadi lebih efektif, karena tidak terhalang plastik.

Melalui proses yang baik dan benar, bibit hasil pesemaian dengan metode soil block akan kelihatan lebih sehat, kokoh dan memiliki perakaran yang lebih baik. Dengan berbagai keunggulan yang ditawarkan pada teknologi ini, sudah tidak ada lagi alasan dan keraguan bagi kita untuk segera mengadopsi teknologi pesemaian ramah lingkungan ini. Taufiq menandaskan bahwa pintu terbuka lebar bagi konco tani yang ingin belajar bersama dan mengembangkan sistem ini. Baginya, berbagi ilmu dan pengalaman bukan berarti ilmunya akan berkurang, tapi justru akan bertambah, pungkas pemuda yang sekarang juga sedang belajar menjadi Youtuber yang mengangkat content tentang pertanian di channel #Lakonbismillah.

 

Ditulis oleh: Agus Rohmani Yahya

Penyuluh Kabupaten Jombang

UPT Pelaksana Penyuluhan Pertanian Kabupaten Jombang