
Manfaatkan Data Dan Informasi Iklim Dalam Penerapan Budidaya Tanaman Secara Tepat Kegiatan SL Iklim di kelompoktani Grudo Desa Madiopuro Kecamatan Sumobito sudah berakhir pada bulan Agustus yang lalu. Kamis, 6 September kemarin merupakan pertemuan SL Iklim yang ke-14 dengan agenda kegiatan Temu Lapang. Bertempat di halaman rumah salah seorang peserta yang tidak jauh dari lahan sawah kelompok, kegiatan Temu Lapang (Field Day) ini diselenggarakan mulai pukul 09.00 – 12.00 WIB.Sejak pagi para peserta sudah melakukan persiapan mulai dari memajang foto-foto kegiatan, data-data hasil presentasi, alat dan bahan praktek yang pernah digunakan dalam kegiatan pertemuan yang pertama hingga yang terakhir.
Setelah acara dibuka oleh PPL wilayah Nizarul Fauzi, SP dilanjutkan dengan laporan pemandu lapang yaitu Bapak Nurhajadi, SP Petugas POPT Kecamatan Sumobito. Beliau menyampaikan bahwa kegiatan ini dilaksanakan selama satu musim tanam selama bulan April hingga Desember dengan 14 kali tatap muka yang meliputi; pertemuan koordinasi, pertemuan aksi, dan Temu Lapang (Field Day). Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan petani dalam menganalisa serta memanfaatkan data dan informasi iklim dalam penerapan budidaya tanaman secara tepat, khususnya dalam menentukan waktu dan pola tanam, luas area yang terkena dampak perubahan iklim (banjir dan kekeringan). Kegiatan pertemuan SL Iklim dimulai pukul 07.30 WIB – selesai, dengan interval waktu 10 hari sekali (dasarian) dan jumlah peserta 25 orang yang terdiri dari pria dan 30% wanita.
Materi dalam kegiatan ini diantaranya : Pretest ballot box, Penyampaian visi misi, Kegiatan rutin; pengamatan iklim dan praktek lapang, Diskusi dan Presentasi dan Topik khusus. Topik khusus disampaikan pada tiap kegiatan pertemuan yang meliputi : Proses apa ini ?, Kebun serangga, Ekologi tanah, Pengaruh cuaca terhadap perkembangan OPT, Kelembagaan kelompok, Pengaruh pupuk bokashi pertumbuhan tanaman dan kesuburan tanah, Siklus hidup dan jaring-jaring makanan, Field Trip (Kunjungan Lapang ke BMKG Karangploso Malang), Pranotomongso, Uji keasaman tanah, Pembuatan pupuk bokashi, Antara ambang ekonomi dan tindak lanjut, Analisa usaha tani secara sederhana, Pengubinan dan Rencana Tindak Lanjut.
egiatan ini juga didukung dengan kegiatan studi lapang yaitu pengaruh pemberian pupuk bokashi terhadap pertumbuhan tanaman dan hasil produksi pada padi varietas IR 66 dengan perlakuan pemberian bokashi 2 ton/hektar, 3 ton/hektar dan 4 ton/hektar.
Sedangkan untuk menumbuhkan kreatifitas peserta pada tiap pertemuan juga diadakan Dinamika Kelompok, yang diantaranya; Baris berjajar, Bujur sangkar berantakan, Menggambar bersama, Nada sambung, Kapal tenggelam dan juga Gaya kepemimpinan.
Bapak Abdul Hamid, SP dari Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit Tanaman Pangan dan Hortikultura Mojokerto juga menyampaikan beberapa pesan kepada para peserta SL Iklim. Diharapkan setelah SL Iklim Tindak Lanjut ini peserta bisa mengolah data yang diperoleh untuk mengatasi dampak perubahan iklim yang ada. Diharapkan pula petani mau melestarikan ekosistem pertanian. Kalau petani tidak mau belajar membuat agens hayati maka akan timbul ketergantungan petani jilid II. Yang pertama dulu adalah ketergantungan petani terhadap pabrik pestisida kimia, dan yang kedua yaitu ketergantungan terhadap Laboratorium yang menghasilkan agens hayati. Bapak Abdul Hamid, SP menegaskan bahwa Laboratorium bukan pabrik. Kalaupun mau Laboratorium bisa membuat agens hayati layaknya pabrik, akan tetapi Laboratorium lebih bertumpu pada kegiatan pembelajaran, sehingga petani yang mau belajar ke Laboratorium akan bisa mempraktekkan ilmunya untuk anggota kelompoktaninya.
Sedangkan Bapak Sutami, SP Koordinator POPT Kabupaten Jombang menyampaikan pesan kepada peserta bahwa dengan pengalaman belajar selama 3 tahun ini peserta harus dapat menerapkan ilmunya untuk budidaya tanaman di lahan masing-masing.
Hadir pula dalam acara ini, Bapak Suharsono dari UPT Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Timur pada akhir acara. Beliau menyampaikan bahwa perubahan iklim sangat berpengaruh terhadap sektor pertanian. Dampak perubahan iklim berupa peningkatan suhu udara, perubahan pola hujan, peningkatan frekuensi terjadinya iklim ekstrim yang akan berpengaruh langsung pada produksi pertanian. Peningkatan suhu akan meningkatkan transpirasi dan respirasi yang akan mempercepat pematangan dengan konsekuensi penurunan hasil (produktivitas) tanaman. Berdasarkan berbagai metode, perubahan pola hujan dan pergeseran musim diperkirakan akan menyebabkan lebih banyak hujan pada musim penghujan dan semakin sedikit di musim kemarau.
Dalam Temu Lapang tersebut juga disampaikan hadiah untuk kelompok SL Iklim yang berprestasi yang disampaikan oleh Bapak Samudi Kepala Desa Madiopuro, yang disaksikan oleh tamu undangan dari dinas terkait, peserta dan undangan dari ketua kelompoktani sekitar. Sehingga diharapkan ilmu yang diperoleh dari kegiatan SL Iklim ini bisa disebar luaskan kepada kelompoktani yang lain.
(Nizarul Fauzi - Unit TI Kec. Sumobito)